Chapnews – Nasional – Anggota DPR RI asal Papua, Yan Permenas Mandenas, mengecam keras tindakan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang membakar mahkota Cenderawasih. Insiden ini memicu kemarahan dan dianggap sebagai pelecehan terhadap adat serta budaya masyarakat Papua.
Mandenas, yang mendukung penertiban perburuan Cenderawasih, sangat menyayangkan cara yang digunakan BBKSDA. "Penertiban itu perlu, tapi tidak dengan cara dibakar. Membakarnya merupakan langkah yang sangat melecehkan adat dan budaya orang asli Papua," tegasnya, Rabu (22/10).

Pembakaran mahkota Cenderawasih, yang dilakukan pada Senin (20/10), diklaim BBKSDA sebagai upaya memutus rantai perdagangan ilegal satwa dilindungi. Namun, Mandenas menilai Cenderawasih adalah simbol kehormatan dan identitas masyarakat Papua, sehingga pemusnahan dengan cara dibakar sangat tidak pantas.
Politisi Partai Gerindra itu mendesak Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencopot Kepala BBKSDA Papua yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Ia berjanji akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. "Sebagai perwakilan rakyat Papua di DPR RI, saya akan suarakan ini lebih keras jika tidak diambil langkah-langkah tegas dalam penanganan persoalan ini," ujarnya.
Menanggapi kecaman tersebut, Kepala BBKSDA Papua, Johny Santoso Silaban, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Papua. Ia mengakui tindakan tersebut telah menimbulkan luka dan kekecewaan. "Kami menyadari bahwa tindakan tersebut menimbulkan luka dan kekecewaan di hati masyarakat Papua. Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus," kata Silaban dalam keterangan resmi, Rabu (22/10).
Silaban menegaskan bahwa pemusnahan itu semata-mata bertujuan untuk menegakkan hukum dan memutus rantai perdagangan ilegal satwa liar, bukan untuk melecehkan budaya masyarakat Papua. "Tindakan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan budaya masyarakat Papua. Justru kami ingin menjaga kelestarian serta kesakralan burung Cenderawasih sebagai simbol identitas masyarakat Papua," pungkasnya. chapnews.id



