Chapnews.id – Natal telah berlalu, namun bagi penggemar Premier League, pesta sepak bola masih berlanjut. Boxing Day, tradisi unik Inggris yang menyajikan pertandingan sepak bola pasca Natal, kembali hadir. Namun di balik euforia penonton, tersimpan dilema bagi para pemain: apakah ini kado Natal, atau neraka di atas lapangan hijau?
Tradisi Boxing Day sendiri berakar dari kebiasaan orang kaya di Inggris yang memberikan hadiah kepada pekerja mereka dalam bentuk "Christmas Box". Premier League kini meneruskan tradisi ini, menyuguhkan pertandingan sepak bola sebagai "hadiah" bagi penggemar. Strategi ini terbukti efektif, meningkatkan rating TV dan pendapatan klub dari penjualan tiket, merchandise, dan konsumsi di stadion. Pertandingan Boxing Day menjadi ajang berkumpul keluarga di akhir tahun, meningkatkan jumlah penonton secara signifikan.
Pada tahun 2024, Premier League akan menggelar 30 pertandingan dalam periode 26 Desember hingga 7 Januari 2025, terbagi dalam tiga gameweek. Belum termasuk pertandingan di EFL Championship, League 1, League 2, dan liga non-liga lainnya, ribuan pertandingan akan digelar di seluruh Inggris Raya. Laga Liverpool vs Manchester United di pekan ke-20 diprediksi akan menjadi pusat perhatian.
Namun, jadwal padat ini menimbulkan konsekuensi bagi para pemain. Mereka harus menjaga kondisi fisik dan mental di tengah waktu istirahat yang minim. Legenda Arsenal, Ian Wright, bahkan menceritakan bagaimana timnya harus mengonsumsi banyak brokoli dan kalkun saat Boxing Day. Mantan kiper Newcastle, Shay Given, mengungkapkan ia harus menahan diri dari alkohol dan hanya mengonsumsi air putih di Natal.
Jadwal yang super padat meningkatkan risiko cedera dan kelelahan pemain. Padatnya jadwal juga berdampak pada mentalitas pemain, terutama bagi pemain baru di Premier League. Kondisi lapangan yang lebih licin di musim dingin juga meningkatkan risiko cedera pada tulang metatarsal, betis, dan tulang kering. Jika tidak diantisipasi dengan baik, Boxing Day bisa berubah menjadi mimpi buruk bagi para pemain. Di balik keuntungan finansial yang diraih klub, potensi cedera dan kelelahan pemain menjadi harga yang harus dibayar. Akankah Premier League mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan finansial dan kesehatan pemain di masa mendatang?