Chapnews – Ekonomi – Harga emas dunia terus meroket, mendekati level resistensi baru di tengah serangkaian ketegangan global. Ancaman perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketidakpastian politik di AS dan Eropa, menjadi pendorong utama kenaikan harga logam mulia ini.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang dan komoditas, mengungkapkan bahwa harga emas sempat mencapai USD 4.060 per troy ounce pada Senin pagi dan saat ini diperdagangkan di level USD 4.047. Ia memprediksi harga emas berpotensi menembus level resistensi USD 4.080 hingga USD 4.100 pada perdagangan hari ini.
"Ada kemungkinan besar dalam transaksi di hari ini, ini akan menuju level di 4.100," ujar Ibrahim dalam risetnya.
Ibrahim mengidentifikasi tiga faktor utama yang memicu penguatan harga emas dan pelemahan indeks dolar. Salah satunya adalah ancaman mantan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan biaya impor 100 persen terhadap produk China, terutama komoditas tanah jarang. Aksi balasan dari China semakin memperkeruh suasana, mendorong investor untuk mencari aset yang aman seperti emas.
Selain itu, kebuntuan politik di AS terkait batas atas pendanaan pinjaman antara Partai Republik dan Demokrat juga turut memicu kekhawatiran. Partai Demokrat bersikukuh mempertahankan program kesehatan tanpa pemotongan 50 persen, menambah ketidakpastian di pasar.
Di tengah kondisi fiskal yang tidak menentu ini, Ibrahim memperkirakan Bank Sentral AS (The Fed) kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan minggu ini. Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap kondisi fiskal AS, meskipun rilis data penting seperti pengangguran dan inflasi kemungkinan tertunda akibat libur panjang.
