Chapnews – Nasional – Wacana kenaikan tarif Transjakarta dari Rp3.500 yang tak berubah sejak 2004, memicu perdebatan. Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai evaluasi tarif memang sudah mendesak.
Djoko berpendapat kenaikan tarif Transjakarta adalah hal yang wajar. Ia menyoroti kenaikan UMR DKI Jakarta yang signifikan sejak 20 tahun lalu. Bahkan, tarif Transjakarta disebutnya terendah dibandingkan angkutan sejenis di kota lain, seperti TransJateng yang mencapai Rp5.000.
"Angkutan sejenis di luar Jakarta rata-rata di atas Rp4.000, [contoh] TransJateng Rp5.000," ujarnya.
Namun, Djoko menyarankan agar kenaikan tarif diiringi dengan keringanan biaya pada jam-jam tertentu, misalnya saat larut malam atau dini hari. Ia juga mengusulkan penerapan tarif berbeda sebelum jam 7 pagi.
Djoko juga mengingatkan pentingnya pembenahan layanan dan fasilitas Transjakarta seiring dengan kenaikan tarif. Ia menyinggung pemotongan dana bagi hasil (TKD) oleh pemerintah pusat dan mendesak alokasi khusus untuk pengembangan transportasi umum di daerah.
Gubernur DKI Jakarta sebelumnya menyatakan Pemprov DKI tidak bisa terus-menerus menanggung beban subsidi tarif Transjakarta yang mencapai lebih dari Rp9.000 per tiket. Namun, sebelum menaikkan tarif, Pemprov berjanji akan memperbaiki fasilitas dan menambah armada bus listrik.
Pemprov DKI juga menegaskan tetap memberikan layanan gratis Transjakarta kepada 15 golongan masyarakat dan melayani rute Transjabodetabek ke wilayah sekitar Jakarta.
