Chapnews – Ekonomi – Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Bayang-bayang PHK massal dan penurunan daya beli masyarakat menghantui, di tengah gejolak ekonomi global dan sejumlah isu domestik yang kompleks. Pemerintah pun dituntut untuk bergerak cepat dan tepat dalam menghadapi berbagai permasalahan ini.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 tercatat sebesar 5,11% (year-on-year/yoy), angka tertinggi untuk kuartal pertama sejak 2019. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan ini meningkat dari 5,04%. Namun, secara kuartalan (qoq), ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,83% dibandingkan kuartal IV-2023. Kenaikan konsumsi rumah tangga menjelang Lebaran dan Pemilu 2024 menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini, ditambah dengan realisasi investasi yang mencapai Rp401,5 triliun, naik 22,1% (yoy). Industri pengolahan menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi, diikuti oleh konstruksi, pertambangan, dan perdagangan.
Memasuki kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat menjadi 5,05% (yoy). PDB atas dasar harga berlaku tercatat Rp5.536,5 triliun, sementara atas dasar harga konstan Rp3.231 triliun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi semester I-2024 berada di angka 5,08%. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi tulang punggung perekonomian, meskipun pertumbuhannya sedikit menurun menjadi 4,93%. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II tetap menunjukkan momentum positif, didorong oleh konsumsi dan investasi yang meningkat. Ekspor barang, terutama manufaktur dan pertambangan, juga memberikan surplus pada neraca perdagangan, terutama ke India dan Tiongkok. Namun, Sri Mulyani mengingatkan potensi dampak negatif dari pelemahan ekonomi global dan fragmentasi ekonomi dunia terhadap pertumbuhan ekonomi di semester kedua tahun ini. Ancaman PHK massal dan penurunan daya beli menjadi isu yang perlu diwaspadai dan diantisipasi pemerintah untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
