Chapnews – Nasional – Insiden ambruknya gedung baru di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9) lalu, berdampak serius pada bangunan lama pondok pesantren tersebut. Plt Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Kapusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kolonel Inf Hery Setiono, mengungkapkan bahwa bangunan lama kini dalam kondisi miring akibat tertimpa material beton runtuhan.
Hery menjelaskan, kondisi ini meningkatkan risiko roboh pada bangunan lama jika proses pengangkatan material reruntuhan dilakukan tanpa penanganan khusus. "Bangunan yang lama itu pun sudah miring," ujarnya saat konferensi pers di Posko Kedaruratan, Minggu malam (5/10).
Untuk mencegah runtuhnya bangunan lama, tim teknis berencana memasang penopang sebelum memulai pemotongan puing reruntuhan. Langkah ini diambil untuk memastikan tidak ada kekuatan yang hilang dari bangunan lama yang terhubung dengan struktur yang ambruk.
Tim SAR Gabungan juga akan melibatkan pakar konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk memberikan solusi teknis dalam menangani konstruksi bangunan lama yang miring. "Harapannya pada malam hari ini kita akan menggunakan mekanisme teknis yang khusus dengan didampingi oleh Pak Muji dari ITS ya selaku konsultan dalam penanganan ini untuk khususnya konsultan teknis konstruksi," kata Hery.
Berdasarkan data Basarnas per Minggu malam (5/10), total korban yang ditemukan mencapai 150 orang, dengan rincian 104 selamat dan 53 meninggal dunia, termasuk lima jenazah yang masih berupa potongan tubuh. Sementara itu, 10 orang masih dinyatakan hilang. Jumlah korban diperkirakan masih bisa bertambah mengingat potongan tubuh yang ditemukan belum teridentifikasi secara pasti.
Seperti yang diberitakan chapnews.id sebelumnya, gedung tiga lantai yang juga berfungsi sebagai musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny ambruk pada Senin sore (29/9) saat ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.
