Chapnews – Nasional – Kabar penting bagi dunia pendidikan! Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berencana menjadikan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib mulai kelas 3 SD pada tahun 2027. Hal ini disampaikan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (17/10).
Fokus utama saat ini adalah peningkatan kompetensi guru bahasa Inggris. Abdul Mu’ti menekankan pentingnya "pendidikan" guru, bukan sekadar "pelatihan," agar dapat disertifikasi dan meningkatkan profesionalisme. Selain bahasa Inggris, coding dan kecerdasan buatan (AI) yang saat ini masih menjadi pilihan, juga akan menjadi mata pelajaran wajib di masa depan.

"Kebutuhan guru coding dan AI akan meningkat tajam, sehingga peran perguruan tinggi sebagai mitra pendidikan sangat dibutuhkan," ujar Abdul Mu’ti, seperti dikutip chapnews.id dari Antara.
Lebih lanjut, Abdul Mu’ti membuka peluang bagi PTMA untuk berpartisipasi dalam penelitian kebijakan terkait program pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan karakter dan kebiasaan belajar siswa. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi keagamaan dalam mengawal reformasi pendidikan nasional.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa setiap kebijakan Kemendikdasmen memiliki dasar filosofis dan kajian mendalam. Ia mengajak semua pihak untuk memastikan pendidikan tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga menumbuhkan karakter.
Saat ini, Kemendikdasmen memiliki lima hingga enam program prioritas yang dapat dijalankan bersama PTMA, termasuk revitalisasi satuan pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan program pembelajaran mendalam (deep learning). Revitalisasi satuan pendidikan tidak hanya berfokus pada perbaikan fisik, tetapi juga pembenahan sistem manajemen dan peningkatan kapasitas kepala sekolah.
Pemerintah juga menyiapkan 808 ribu kuota Pendidikan Profesi Guru (PPG) serta memperluas program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bagi guru yang belum menyelesaikan studi sarjananya. Kemendikdasmen juga mendorong program pembelajaran mendalam (deep learning) untuk memperkuat kapasitas pedagogik dan karakter siswa.



