Ads - After Header

Gaji Minim, Pelatihan Minim! Nasib Pilu Sopir Truk Indonesia

Redaksi

Gaji Minim, Pelatihan Minim! Nasib Pilu Sopir Truk Indonesia

Chapnews – Ekonomi – Kecelakaan truk di Tol Pandaan-Malang kembali menyoroti masalah krusial di sektor transportasi Indonesia: nasib para pengemudi truk barang. Djoko Setijowarno, pengamat transportasi, menuding pemerintah abai terhadap kesejahteraan mereka, padahal risiko pekerjaan ini sangat tinggi. Hasil pemetaan Kementerian Perhubungan tahun 2024 mengungkap fakta mengejutkan.

Usia rata-rata pengemudi truk berada di kisaran 40-55 tahun. Namun, kecakapan mengemudi mereka memprihatinkan. Banyak yang kekurangan pelatihan, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi kendaraan dan deteksi dini kerusakan. Sistem penerbitan SIM B1/B2 dan pelatihan defensive driving training (DDT) dinilai gagal menjamin kompetensi pengemudi. Kurangnya pemahaman teori dan praktik keselamatan berkendara membuat mereka rentan kecelakaan.

Gaji Minim, Pelatihan Minim! Nasib Pilu Sopir Truk Indonesia
Gambar Istimewa : imgapps.okezone.com

Kondisi ini diperparah dengan jam kerja, istirahat, dan fasilitas yang buruk. Ketiadaan regulasi perlindungan membuat pengemudi rentan kelelahan hingga micro sleep, meningkatkan risiko kecelakaan. Mirisnya lagi, gaji mereka rata-rata hanya Rp1 juta hingga Rp4 juta per bulan, jauh di bawah UMR di banyak daerah. Sosialisasi pentingnya sertifikasi kompetensi pun minim, membuat banyak pengemudi tak memiliki sertifikat yang dibutuhkan. Kesimpulannya, kecelakaan truk bukan hanya masalah infrastruktur, tapi juga masalah kesejahteraan dan kompetensi pengemudi yang terabaikan.

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer