Chapnews – Ekonomi – APPSI DKI Jakarta dengan suara lantang menolak penerapan sistem autodebet Cash Management System (CMS) dan biaya perpanjangan hak pakai (PHP) kios pasar. Kebijakan ini dinilai memberatkan para pedagang di tengah kondisi ekonomi yang tak menentu.
Para pedagang pasar merasa bahwa sistem CMS yang berbasis autodebet justru menjadi beban tambahan. Pasalnya, sistem ini tidak mempertimbangkan fluktuasi pendapatan harian yang sangat bervariasi. Sementara itu, biaya PHP dianggap tidak transparan dan tidak rasional, terutama mengingat kondisi fasilitas pasar yang masih banyak mengalami kerusakan dan belum tertata dengan baik.
"Pedagang pasar adalah pilar penting ekonomi kerakyatan. Kami memastikan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok masyarakat. Jangan sampai kami yang menjadi penopang ekonomi rakyat justru terus dibebani dengan kebijakan yang tidak adil," tegas Dewan Pembina APPSI, Ngadiran, di Jakarta, Sabtu (18/10/2025).
Jarwanto, seorang pedagang Pasar Anyar Bahari, Jakarta Utara, mengungkapkan bahwa sistem CMS sama sekali tidak relevan dengan realita di lapangan. "Pendapatan pedagang tidak pasti setiap harinya. Jika ada autodebet tanpa mempertimbangkan kemampuan kami, jelas ini sangat memberatkan. Kami meminta agar sistem ini dievaluasi secara menyeluruh, bahkan jika memungkinkan dihapuskan atau diberikan keringanan khusus bagi pedagang kecil," ujarnya.
Suparno, pedagang Pasar Duta Mas, Jakarta Barat, menyoroti masalah lain, yaitu dampak revitalisasi pasar yang seringkali menyulitkan pedagang kecil. "Revitalisasi seharusnya meningkatkan kondisi pasar, bukan malah mematikan usaha pedagang. Banyak rekan kami yang terpaksa gulung tikar karena tidak mampu membayar biaya baru setelah pasar direvitalisasi," keluhnya. Para pedagang berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan kondisi mereka dan mencari solusi yang lebih berpihak pada ekonomi kerakyatan.
