Chapnews – Nasional – Tim SAR gabungan bersama Basarnas terus berpacu dengan waktu dalam proses pembongkaran material Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo yang ambruk. Hingga kini, pembongkaran telah mencapai 75%, namun tantangan baru muncul: risiko runtuhan susulan dari bangunan di sebelahnya.
Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas RI yang juga menjabat sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), menjelaskan bahwa pembongkaran dilakukan dengan bantuan tiga alat berat dan satu breaker. Meskipun progres signifikan telah dicapai, sekitar 25% reruntuhan masih tersisa dan memerlukan penanganan ekstra hati-hati.

Tim SAR Gabungan kini menghadapi dilema besar. Sebagian material bangunan yang ambruk bersentuhan langsung dengan gedung lain di kompleks pesantren. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan potensi runtuhan susulan yang dapat membahayakan proses evakuasi dan keselamatan tim.
"Kemungkinan runtuhan susulan dari gedung sebelah sangat mungkin terjadi," ujar Yudhi Bramantyo. Untuk mengantisipasi risiko ini, Basarnas akan menggandeng tenaga ahli dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kajian teknis yang akurat dan menentukan langkah-langkah pembongkaran yang paling aman.
Hingga hari ketujuh operasi SAR, Minggu (5/10) sore, tim telah menemukan 149 korban. Rinciannya, 104 orang selamat, 45 meninggal dunia (termasuk dua jenazah yang teridentifikasi sebagai potongan tubuh), dan 18 orang masih dalam pencarian.
Seperti yang diberitakan Chapnews – Nasional – sebelumnya, gedung tiga lantai yang juga berfungsi sebagai musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin (29/9) sore. Saat kejadian tragis itu, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjamaah di dalam gedung yang masih dalam tahap pembangunan.



