Chapnews.id – Kisah Sebastian Giovinco, pemain yang kariernya melesat di Amerika Serikat setelah sempat terlupakan di Italia, menjadi bukti nyata bahwa kesempatan bisa datang dari mana saja. Produk akademi Juventus ini memulai karier di tim utama pada 2006, saat Juventus terdegradasi ke Serie B akibat skandal Calciopoli. Meskipun awalnya masuk rencana klub, Giovinco lebih sering dipinjamkan ke Empoli dan Parma.
Di Parma, Giovinco menunjukkan performa terbaiknya. Berdasarkan laporan Sky Sport, ia bermain 70 laga, mencetak 23 gol dan 18 assist. Kemampuannya ini membuat Juventus membelinya kembali seharga 11 juta Euro pada 2012. Ekspektasi tinggi pun diletakkan di pundaknya sebagai penerus Alessandro Del Piero. Meskipun sempat menjadi andalan Antonio Conte dan meraih dua gelar Serie A, kariernya meredup setelah kedatangan Massimiliano Allegri dan Alessandro Matri.

Pada usia 28 tahun, Giovinco mengambil keputusan berani: hijrah ke MLS bersama Toronto FC. Keputusan ini terbukti tepat. Dengan bayaran 7 juta dolar AS, ia menjadi magnet bagi MLS, membentuk duet maut bersama Jozy Altidore. Di musim pertamanya, ia mencetak 20 gol dan 10 assist, mengubah persepsi MLS dari liga pensiun menjadi kompetisi kompetitif bagi pemain prime. Keberhasilannya ini sejalan dengan pemain bintang lainnya seperti Carlos Vela di LAFC.
Sayangnya, keputusannya bermain di MLS membuatnya absen dari Timnas Italia di kualifikasi Piala Dunia 2018, karena dianggap bermain di liga yang levelnya rendah oleh Giampiero Ventura. Meskipun demikian, Antonio Conte masih mempertimbangkannya untuk timnas. Giovinco sendiri tak ambil pusing, fokus pada perannya mencetak gol dan assist, seperti yang dikutip dari Antara News.
Selama empat tahun di Toronto FC, Giovinco membawa timnya dua kali ke playoff, memenangkan MLS Cup 2017 dan Supporter Shield di tahun yang sama, serta tiga gelar Canada Championship (2016-2018). Ia mencatatkan 142 penampilan, 83 gol, dan 51 assist. Meskipun ingin mengakhiri karier di Toronto, ia akhirnya bergabung dengan Al-Hilal pada 2019, dan meraih kesuksesan di Asia, termasuk Liga Champions Asia. Kariernya di Italia berakhir di Sampdoria.