Ads - After Header

948 Ternak di DIY Terserang PMK!

Redaksi

948 Ternak di DIY Terserang PMK!

Chapnews – Nasional – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menyerang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) hingga Selasa (7/1) menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: 948 hewan ternak terjangkit PMK sejak Desember 2024. Angka ini tersebar di empat kabupaten di DIY, dengan Gunungkidul sebagai wilayah terparah.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Syam Arjayanti, mengungkapkan, Gunungkidul mencatat 672 kasus PMK pada sapi, dengan 30 ekor mati dan 27 lainnya terpaksa dipotong. Bantul menyusul dengan 161 kasus, 25 kematian, dan 2 pemotongan paksa. Sleman melaporkan 103 kasus, 8 kematian, dan 4 sapi dinyatakan sembuh. Sementara Kulon Progo tercatat 11 kasus dengan satu kematian. Kota Yogyakarta hingga saat ini masih nihil kasus. "Mayoritas kasus PMK menyerang sapi, hanya satu kasus pada kambing di Kulon Progo," jelas Syam.

948 Ternak di DIY Terserang PMK!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Syam menduga, merebaknya PMK ini disebabkan penularan dari ternak luar daerah dan menurunnya kesadaran vaksinasi mandiri pasca gelombang PMK 2022. Sebagai respons, Pemda DIY gencar melakukan vaksinasi pada 1.246 hewan ternak (sapi, kambing, domba) milik peternak dan UPT pertanian. Vaksin didapat melalui CSR sambil menunggu stok dari Kementerian Pertanian.

Pemda DIY juga tengah menyiapkan Instruksi Gubernur (Ingub) untuk membentuk satgas penanganan PMK di tingkat kabupaten/kota. Pengawasan lalu lintas ternak diperketat, meskipun belum sampai penutupan. Surat edaran Kementerian Pertanian juga diterapkan, yaitu penutupan sementara pasar selama 14 hari jika ditemukan hewan mati diduga PMK.

Selain mitigasi, Pemda DIY memantau kesehatan ternak, memberikan asupan nutrisi dan vitamin, serta menjaga kebersihan kandang. Upaya mendorong vaksinasi mandiri juga dilakukan, kendati masih ada kendala penolakan dari beberapa peternak karena kekhawatiran efek samping. "Kami berupaya meminimalisir penyebaran, karena banyak peternak yang menolak vaksinasi," tutup Syam.

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer